Selasa, 21 Juli 2020

RENCANA ALLAH SELALU LEBIH BAIK

Saat itu Halimah ditemani oleh suaminya yaitu Harits bin Abdul Uzza untuk mencari anak susuan. Dengan harapan nantinya ia akan mendapatkan upah dari orang tua anak yang disusui.

Kendaraannya adalah seekor keledai yang sudah tua dan kakinya terluka, hingga lambat untuk berjalan. Disamping itu ia juga membawa unta yang kurus dan juga tua, serta beberapa kambing yang kurus dan tidak menghasilkan susu. Karena memang saat itu sedang terjadi kemarau panjang.

Sesampainya di Makkah, mereka berpencar dan mencari bayi untuk disusui. Tidaklah semua orang melewati Muhammad (yang saat itu baru berusia satu pekan) kecuali mereka hanya sekedar melewati. Karena tahu bahwa Muhammad kecil adalah anak yatim, tidak punya ayah, lalu siapa yang akan membayar mereka. Begitulah yang terpikir oleh mereka.

Termasuk juga Halimah yang ketika itu sudah ditawari untuk menyusui Muhammad namun ia juga menolak dan melewatinya.

Waktu mulai beranjak gelap dan semua rombangan Bani Sa'ad sudah mendapatkan seorang bayi untuk disusui kecuali Halimah.

"Demi Allah, kala itu aku mengambil Muhammad hanya karena aku tidak menemukan bayi lain kecuali Muhammad. Aku pun berkata kepada suamiku, 'Aku akan mengambil bayi yatim dari Bani Abdul Mutalib ini, semoga melalui dia, Allah melimpahkan kebaikan kepada kita. Aku tidak mau pulang bersama teman-temanku tanpa membawa bayi untuk disusui", begitulah penuturan dari Halimah.

Selanjutnya, kita semua tahu bagaimana kisahnya. ASI yang tadinya tidak cukup buat anaknya - karena saat itu Halimah juga punya bayi yang ia bawa - tiba-tiba terasa penuh dan memancarkan ASI hingga ia menyusui Muhammad dan anak kandungnya sampai kenyang. Padahal, dalam perjalanan pun anak yang ia bawa selalu menangis karena ASI yang tak kunjung keluar.

Disaat sang suami mendekati unta yang membawa barang-barangnya, terlihat susu unta itupun penuh dan Harits langsung memerah air susunya. Hingga ia pun minum darinya dan Halimah pun ikut minum darinya, hingga kenyanglah mereka. Padahal unta itu sudah tua dan tidak menghasilkan apa-apa.

Dan setelah itu keberkahan datang bertubi-tubi kepada Halimah dan keluarganya.

Dari kisahnya kita dapat mengambil pelajaran, diantaranya adalah jangan pernah iri dengan rejeki yang Allah berikan kepada orang lain. Karena boleh jadi, Allah sedang menyiapkan sesuatu yang lebih baik bagi kita. Seperti Halimah yang awalnya merasa bahwa teman-temannya adalah orang-orang yang beruntung karena bisa mendapatkan bayi untuk disusui. Namun pada akhirnya, teman-temannya lah yang merasa iri kepadanya. Karena ia mendapatkan seorang bayi yang diberkahi.

Pelajaran kedua bahwa, jangan pernah meremehkan rejeki atau nikmat sekecil apapun. Karena bisa jadi rejeki atau nikmat yang kecil itu yang akan mengantarkan kita pada nikmat dan rejeki yang jauh lebih besar. Bukankah ini seperti kisahnya Halimah yang tetap menerima Muhammad untuk disusui yang dalam anggapan semua temannya saat itu bahwa bayi yatim tidak bisa diharapkan upahnya. Namun, sekiranya mereka tahu bahwa bayi yatim itu adalah seorang nabi, maka mereka pasti akan saling berebut untuk mengasuhnya.

Pelajaran ketiga adalah, hendaknya kita tetap bergerak dan berusaha bagaimanapun keadaannya. Seperti Halimah yang sudah berusaha sepanjang hari hingga matahari mulai gelap, dan ia tidak menemukan sesuatu pun yang bisa ia harapkan. Namun ia tetap berusaha dengan berjalan dan mencari bayi untuk disusui, hingga akhirnya Allah mengantarkan kembali Halimah kerumahnya Fatimah Ibunda Nabi. Hingga Allah meninggikan nama Halimah sepanjang sejarah.

Tulisan disini hanya untuk memberikan gambaran bahwa rencana Allah SWT selalu lebih baik dari apa yang kita bayangkan.

Wallahu a'lam bish-shawab.



Semoga bermanfaat dan salam Optimis Sejahtera Bersama.

Share tulisan ini kepada sahabat dan komunitas terbaik Anda, agar menjadi amal jariah kita bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima-kasih atas kunjungan sobat. Silahkan berikan komentar anda (saran, pertanyaan, ataupun kritikan) untuk kemajuan blog ini dengan bahasa yang sopan.