Jumat, 03 Desember 2021

RATIH #10

 Cerbung

*Ratih*

A story by Nia Ahlam

Part 10


Selasa pagi, di dalam kantor Puskesmas Mekar Mukti sudah ramai dengan rumpian dua perawat yang memang rajin bergosip. 

Mereka tak perduli, walaupun di depan mereka di ruang tunggu sudah ada beberapa orang sedang antri dan menunggu pak dokter Galih masuk kantor. 

"Siti, apa kataku, si Ratih sama Maknya tuk memang dukun ya." 

Nani mulai menyebar berita gosipnya. 

"Emangnya kenapa, ada sesuatu rupanya Nan? Siti benar-benar penasaran dengan awal cerita sahabatnya. 

"Gini, hari Minggu aku kepasar mau belanja sayuran, eh, aku lihat si Ratih lagi pegangan tangan sama pak dokter di depan warung nek Minah." rutuk Nani dengan nada kurang senang. 

"Masa sih? Lah, orang sekampung gak ada yang mau deketin dia, pak dokter malah pegangin tangannya. Betul-betul ini seh, pintar amat tuh gembel, targetnya orang hebat seperti pak dokter."

Siti ngedumel sambil geleng-geleng kepala. 

Sepertinya pasien yang duduk di ruang tunggu pun ikut memasang telinga, karena kedua perawat tersebut lumayan keras suaranya saat bercerita. 

"Assalamualaikum!" 

Pak dokter masuk, dan semua menoleh kearah pintu sambil tersenyum, kemudian menjawab salam pak dokter tampan yang barusan masuk. 

"Waalaikumussalam!" 

"Apa kabar semua?" 

Dokter langsung menuju kamar prakteknya, dan aktifitas pengobatan pun dimulai dengan antrian nomor satu pasien yang sudah menunggu. 

"Tuh, kamu lihat kan! Dokter yang tampan dan pendiam seperti beliau, bisa memberikan perhatian sama si gembel bau, kan gak masuk akal. Kecuali emang diguna-guna sama emaknya si Ratih." 

Nani masih aja kesel dengan apa yang disaksikan kedua matanya hari minggu lalu. 

"Sudahlah Nan, nanti juga bakal ketahuan. Sekarang kamu mau berbuat apa?" 

Siti mencoba menenangkan sahabatnya yang masih emosi tersebut. 

"Pokoknya harus kita hentikan semua ini, apa aku harus memperingatkan pak dokter ya?" 

Nani menjawab Siti, sambil menggumam sendiri, dan tangannya memainkan pulpen yang dipegang nya. 

"Pasien selanjutnya!" terdengar dokter memanggil antrian berikut. 

🍀🍀🍀

"Ratiiiih!" 

Ibunya Ratih berteriak memanggil putri kesayangannya yang sedang di belakang rumah mereka. 

"Iya Bu! Ada apa? Ratih belum dapat ikannya Bu." Ratih menjawab dengan teriakan pula. 

"Kemari Nak, biarkan pancingmu di sana dulu, biar nanti ada ikan yang memakan umpannya. Ibu mau bicara Nak." 

Ratih menuruti apa yang dikatakan ibunya, diapun beranjak bangun dan berjalan menghampiri sang ibu. 

Lalu duduk bersandar dibahu beliau. 

"Ada apa sih Bu, sepertinya ada yang penting ya?" 

Sang ibu memeluk putri kesayangannya, 

"Ratih, kamu dengarkan baik-baik apa yang akan ibu katakan ya Nak!" 

Diapun mengecup lembut kening sang buah hati. 

Lalu melanjutkan perkataannya, 

"Sejak kecil ibu berusaha mengajarkan semua ilmu yang ibu tahu padamu Ratih, dari membaca, menulis, berhitung bahkan semua pengetahuan yang ibu tahu. Karena memang kamu tak ibu ijinkan untuk pergi bersekolah seperti teman-teman sebayamu dulu. Namun, ibu sangat bangga denganmu, kamu sangat pandai Nak, persis seperti almarhum bapakmu." 

"Iya Bu, Ratih bahagiaaa punya ibu yang begitu sayang sama Ratih, buat Ratih, kehadiran ibu sudah melebihi seribu teman buat Ratih." 

Gantian Ratih mengecup pipi sang ibunda dengan penuh rasa sayang. 

"Ratih satu hal yang ibu belum jelaskan padamu, yaitu tentang cinta. Cinta adalah satu rasa dimana kamu bisa berbahagia bahkan bisa menangis karenanya. Terlalu luas penjabaran kata cinta Nak, namun intinya adalah dimana satu saat nanti kamu akan jatuh cinta dengan seseorang, saat itu, kamu ingin selalu bersamanya, dan selalu merasa bahagia bersamanya. Namun, kamu juga bisa menangis karena seseorang tersebut. Ibu tak bisa menghindarkanmu dari hal tersebut, karena cinta adalah anugerah dari sang pencipta. Yang akan hadir tanpa kita sadari, kapan, dimana, kepada siapkah kita akan jatuh cinta." berhenti sesaat ibunya Ratih bercerita, 

"Kamu mengerti Nak?" 

Ratih terdiam, seakan sedang mencerna semua yang barusan dipaparkan ibunya. 

Ratih pun lalu mengangguk. 

"Lalu Bu?" 

Dengan rasa penasaran, Ratih menunggu lanjutan cerita sang bunda. 

"Saat hadirnya cinta tersebut, kadang ada yang sampai di jenjang pernikahan, pernikahan adalah dimana kedua orang yang saling jatuh cinta, akan meneruskan hubungan mereka dengan hidup bersama dalam satu ikatan pernikahan. Dan seterusnya akan melanjutkan keturunan mereka, yaitu mempunyai anak. Satu saat kamu akan mengalami yang ibu ceritakan. Jadi kamu harus tahu dan bersiap-siap." 

Bahagia bercampur haru perasaan ibu Ratih saat meneruskan ceritanya. 

Dia tak dapat membayangkan, jika satu saat, Ratih akan menjadi milik seorang laki-laki yang akan menjadi suaminya. 

"Assalamualaikum!" 

Tiba-tiba di hadapan mereka hadir dokter tampan sahabat baru mereka. 

"Waalaikumussalam!" serentak Ratih dan ibunya menjawab, 

"Eh Nak Dokter, silahkan duduk Nak!" 

Raut ibu Ratih tampak sumringah menyambut kehadiran tamu istimewanya. 

Sedangkan Ratih diam-diam tersipu, dan entah kenapa ada debaran indah di hatinya setiap menatap wajah pak dokter. 

"Apa kabar Bu? Ratih? Kalian benar-benar dua pribadi yang ngangenin, rasanya tak bisa seharipun tanpa bertemu kalian." 

Lanjut dokter sambil tersenyum, dan menyodorkan satu buah plastik kepad ibunya Ratih. 

"Apa ini Nak?" 

Ibu Ratih menerima menerima plastik tersebut, dan mengamatinya. 

"Sekedar oleh-oleh Bu, makanan ringan saya beli di puncak pas pulang dari Jakarta. Mudah-mudahan kalian menyukainya." Galih menjelaskan kepada beliau. 

"Oh, makasih Nak. Apa kabar keluargamu?" 

"Alhamdulillah Bu, mama sehat. Kakak juga." jawab dokter. 

"Bu, saya ijin melihat taman bunganya." 

"Oh tentu, silahkan. Ratih sana temanin pak dokter ke belakang." 

Ibu Ratih menoleh kepada anaknya yang dari tadi hanya menjadi pendengar setia percakapan mereka. 

"Baik Bu, mari Pak!" 

Ratih berdiri dan berjalan terlebih dahulu ke arah belakang rumah mereka. 

Dokter membuntuti Ratih dan tersenyum ke arah ibu Ratih, sambil mengangguk sebagai ucapan terima kasih. 

🍀🍀🍀

Indahnya taman kecil penuh bunga, tak seindah rasa yang ada di hati masing-masing insan yang saling membisu. 

Dokter berkeliling mengamati satu-persatu pot bunga yang ada. 

Sementara Ratih mendekati pancingan yang dari tadi dia pasang di kolam. 

Namun ternyata, umpan habis, dan ikan pun tiada. 

Ratih hanya tersenyum sambil duduk di tepi kolam, menikmati suara pancuran dengan gemericik airnya, dan menatap bunga teratai merah yang sedang mekar di tengah kolam. 

"Ratih!" 

Ratih tersentak saat mendengar dokter berbisik memanggil namanya tepat di sampingnya, dia tak menyadari saat dokter menghampirinya. 

"Iya Pak!" 

Sambil tetap memandang ke arah kolam Ratih menjawab. 

Terdengar dokter menghela nafas, serasa berat sekali untuk melanjutkan obrolan nya, namun dia harus menyampaikan apa yang ingin dia tanyakan kepada gadis misterius yang telah berhasil membuatnya jatuh hati, tanpa syarat. 

"Ratih, saya mau bertanya. Saya harap kamu bisa jawab dengan jujur ya. Saya telah jatuh cinta kepadamu Ratih, saya begitu menyukaimu. Saya bahagia jika berada di dekatmu. Apakah kamu merasakan hal yang sama?" 

Berdebar dokter menantikan jawaban Ratih, namun gadis itu tetap terdiam. 

Ratih hanya sedang merasakan debaran-debaran aneh saat mendengar apa yang dokter ucapkan barusan. 

Ratih bingung, apa yang harus dia katakan sebagai jawaban. 

Dokter pun semakin gelisah menanti jawaban dari gadis pujaan hatinya. 

Ratih berhasil membuat pak dokter yang dewasa dan bijak tersebut, menjadi seperti ABG belasan yang baru pertama jatuh cinta. 

Sementara mereka berdua terdiam, hanya gejolak di hati mereka yang berbicara, dan alunan gemericik air pancuran menjadi irama alam yang sangat merdu.


Next ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima-kasih atas kunjungan sobat. Silahkan berikan komentar anda (saran, pertanyaan, ataupun kritikan) untuk kemajuan blog ini dengan bahasa yang sopan.