Jumat, 26 November 2021

RATIH #9

Cerbung
*Ratih*
A story by Nia Ahlam
Part 9

Jam tujuh malam dokter Galih sampai di rumahnya. 
Tak sabar dirinya ingin segera memeluk sang mama yang selalu dia rindukan. 
"Assalamualaikum!" Sambil tangan beliau mengetuk pintu. 
"Waalaikumussalam!" 
Seorang wanita paruh baya membukakan pintu dan langsung memeluk Galih, ternyata beliau sang mama tersayang. 
"Apa kabar Nak?" 
Mata beliau berkaca-kaca, menahan rasa haru karena kerinduannya terobati sudah dengan kehadiran putra bungsunya. 
"Alhamdulillah Galih sehat Ma. Bagaimana kabar Mama?" 
Sambil masih memeluk sang mama dan mencium kening beliau, dokter menjawab sapaan mamanya. 
"Mama sehat Nak, ayo masuk ada kejutan dari kakakmu di dalam." 
Merekapun berjalan memasuki rumah yang tidak terlalu besar, namun perabotan di dalam cukup wah dan tertata apik. 
Di ruang makan telah menunggu sang kakak sambil berdiri menyambut kehadiran adiknya tersayang, dan Linda pun memeluk sang adik. 
"Ehm.. yang betah jadi orang kampung, semakin gemuk rupanya." Seloroh sang kakak. 
"Galih, kenalkan ini Dewi teman kerja kakak." 
Linda memperkenalkan seorang wanita yang sedang duduk dan tersenyum kearah mereka.
Wanita yang cukup cantik dan terlihat modis. 
Galih mengulurkan tangan menyalami wanita tersebut.
"Galih." 
"Dewi." Wanita tersebut menerima uluran tangan Galih. 
"Ayo.. sekarang kita langsung makan saja. Bungsu mama pasti sudah lapar, tuh pepes ikan pesanan nya sudah nunggu dari tadi." 
Mamanya dokter memecahkan kesunyian, beliau duduk di sebelah Galih berseberangan dengan kakaknya juga sang tamu. 
Makan malam yang begitu hangat, dibarengi dengan percakapan kesana kemari. 
Acara melepas kangen antara mereka karena berbulan-bulan tidak bertemu. 
Selesai makan malam, mereka lanjutkan dengan mengobrol di ruang tamu sambil menikmati teh panas dan kue kering sebagai cemilan. 
Sekitar jam sembilan, Dewi pamitan pulang, dia membawa sebuah mobil sedan keluaran baru sehingga walaupun pulang larut tak terlalu khawatir di perjalanan. 
Setelah tamu mereka pulang, tinggalah mereka bertiga meneruskan percakapan. 
"Galih, gimana menurut kamu tentang Dewi?" Linda memulai percakapan. 
"Baik Kak, gadis yang cukup modern." Acuh jawaban Galih, dan begitulah karakter dia dari dulu, sempat membuat sang kakak selalu geregetan. 
"Kamu suka?" 
"Apaan sih Kak." 
Galih tersenyum melihat ke arah sang Kakak. 
Sementara mama mereka senyum-senyum saja melihat tingkah dua anak kesayangannya yang tak pernah berubah dari dulu.
"Galih, kamu sudah saatnya berkeluarga. Masa Pak dokter bujangan terus." 
"Maksud Kakak?" Galih sedikit berkerut keningnya. 
"Kakak rasa, Dewi cocok buat kamu, dia cantik, baik, wanita karier juga. Masa depan kamu pasti bahagia dengannya." 
"Lah.. Kakak sedang promosi rupanya, komisi berapa persen nih?" 
Galih tertawa menanggapi kata-kata kakaknya. 
"Galih.. kakak serius." 
Linda sedikit memberengut, tak terima keseriusannya dibalas candaan oleh adeknya. 
"Iya.. iya.. tapi maaf, Kakak telat satu langkah. Galih sudah punya calon Kak." 
Dokter muda tersebut rupanya benar-benar serius jatuh hati terhadap gadis misterius, sehingga dimanapun dia berada hanya Ratih penuhi ingatannya. 
"Serius Galih? Siapa? Orang mana? Apa lebih wah dibanding Dewi?" Linda benar-benar merasa penasaran. 
"Kakak tunggu aja deh, nanti Kakak tahu sendiri. Galih yakin Kakak bakalan suka. 
"Kalau buat mama, siapapun calon mantu mama, yang penting bisa bikin putra bungsu mama bahagia, pasti mama restui." Mama pak dokter menengahi pembicaraan anak-anak nya yang mulai seru. 
"Ya udah Galih, Kakak pamit ya, gak enak kalau kemalaman. Nanti Mas Rio ngomel-ngomel,"
Linda beranjak dari duduknya dan pamit pulang. 
"Oh ya Mas Rio titip salam buat mu." 
Linda mendekati sang mama dan mencium keningnya sambil pamitan. 
Linda kakak Galih satu-satunya, dia menikah dengan Rio sudah hampir tiga tahun, namun masih menunda kehamilan mereka dengan alasan karier. 
Setelah Linda pulang, Galih pun bersiap-siap untuk beristirahat di kamar kesayangannya.
Sementara mama beliau pun memasuki kamarnya, karena sudah saatnya untuk mereka beristirahat. 
Jam sudah menunjukan sebelas malam.

Next ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima-kasih atas kunjungan sobat. Silahkan berikan komentar anda (saran, pertanyaan, ataupun kritikan) untuk kemajuan blog ini dengan bahasa yang sopan.