Jumat, 08 Oktober 2021

Ratih #1

 Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh, selamat siang. Mohon ijin saya share cerbung Premium, kisah wanita yang tegar, tabah menghadapi cobaan hidup, wanita yang baik hati. Cerbung ini hanya untuk hiburan mengisi waktu luang. Judul nya *RATIH*. Kisah nya jauh  lebih bagus dari IKATAN CINTA. Silahkan membaca, boleh sambil menangis tetapi tidak boleh emosi yaa👇


Foto Wanita dalam Cerbung RATIH hanya ilustrasi saja, hanya untuk menarik hati saja. 


Cerbung

*Ratih*

A story by Nia Ahlam

Part 1


Di sebuah pinggiran hutan yang masih agak angker, tinggalah seorang janda setengah baya bersama seorang putrinya. 

Mereka tinggal di sebuah gubuk yang sangat kecil, namun terlihat resik, rapi dan cantik. 

Si ibu masih terlihat raut kecantikan diwajahnya yang setengah baya, dalam balutan kain dan kebaya lusuh yang selalu melekat di tubuhnya. 

Untuk menyambung hidup mereka, si ibu dan anaknya mengumpulkan kayu bakar dan dijual ke pasar di kampung-kampung sekitar tempat tinggal mereka. 

Kehidupan mereka biasa-biasa saja, dan mereka berusaha menikmati kesederhanaan yang mereka jalani.  

Keanehan nya, adalah tentang bagaimana si ibu memperlakukan anak semata wayang nya. 

Seorang gadis berkerudung, dan separuh kerudung dia pakai untuk menutupi separuh wajahnya.

Hanya kedua matanya yang terlihat. 

Dia duduk ditepi sebuah sungai yang mengalir dengan air yang sangat jernih. 

Tampak bebatuan, dan segerombol ikan sedang menikmati remah makanan yang di taburkan si gadis. 

Mata gadis itu menatap gerombolan ikan yang menari riang di dalam sungai. 

Namun, pandangan mata si gadis menerawang entah kemana. 

Gadis itu bernama Ratih, dia anak gadis si ibu pemilik gubuk ditepi hutan tersebut. 

"Jangan dekati dia, dia gembel bau!" 

Bayangan 10 tahun silam tak pernah hilang dari ingatan si gadis. 

Saat serombongan anak kecil yang sedang bermain lompat tali di lapangan kampung sebelah langsung bubar, saat dia mendekati mereka. 

Si gadis kecil saat itu hanya meneteskan airmata. 

Dan berdiri menatap anak-anak seusianya melarikan diri menjauhinya. 

Kejadian itu terus berulang, saat dia begitu merindukan bermain bersama mereka. 

Yah, sebenarnya diapun tak berani ikut bermain. 

Hanya ingin melihat keriangan anak-anak sebayanya memainkan aneka permainan setiap sorenya. 

Yang Ratih ingat, sejak usia lima tahun, dan dia sudah berani bermain jauh dari rumahnya, ibunya selalu membaluri seluruh tubuhnya dengan semacam ramuan parem, atau jamu.

Sehingga bau tubuhnya pun sangat menyengat. 

Tiap dia bertanya kepada sang ibu, ibunya hanya bilang, 

"Nak, ibu lakukan semua demi kebaikanmu. Agar kamu tak kena penyakit." 

"Tapi Bu, semua orang yang ketemu Ratih, bilang kalau Ratih gembel dan bau," jawab si gadis sambil menangis. 

Si ibu merangkul anaknya, sambil mengelus rambut Ratih yang sangat tebal, hitam dan indah, 

"Jangan hiraukan mereka sayang, buat ibu kamu tetap anak ibu yang paling cantik dan wangi." 

Si Gadis pun tersenyum, tangisnya mereda setiap kali mendapatkan pelukan hangat sang ibunda.

Lalu kembali ceria. 

Makanya, Ratih lebih suka bermain dengan kelinci, ayam, juga kucing peliharaan mereka.

Kadang dia sampai lupa waktu hanya untuk menyusuri sungai mencari ikan. 

Terkadang dia suka sedih, saat dia berpapasan dengan ibu-ibu yang sedang berjalan saat bersama-sama ke pasar, 

"Tuh Jeng, lihat anak aneh buruk rupa. Mana badannya bau lagi. Sungguh menakutkan, kita gak boleh dekat-dekat nanti kena kutuk juga." 

Seorang ibu diseberang jalan, ngobrol sama temannya. 

Sambil telunjuknya menunjuk kearah dirinya. 

Hanya satu orang yang selalu ramah dan mau dekat dengannya, yaitu nek Minah seorang pedagang di pasar, tempat Ratih menjual kayu bakar dan daun pisang setiap disuruh ibunya.

Bahkan, sering juga nek Minah memberinya permen atau jajanan lainnya saat Ratih ketempat beliau. 

"Jaga diri baik-baik ya Cah Ayu." 

Selalu kata-kata nek Minah terdengar lembut ditelinga Ratih. 

Ratih pun tak bisa sekolah seperti anak-anak lainnya, namun, sang ibu mengajari nya segala ilmu pengetahuan, hingga Ratih pun tumbuh menjadi anak yang cerdas.

🍀🍀🍀 

Tahun berganti tahun, dan kini Ratih tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat pintar, namun tetap, dalam baluran rempah buatan sang ibunda.    

Ratih menjadi seorang gadis yang sangat patuh terhadap ibunya, sehingga dia pun tak berani mencuci baluran jamu ditubuh dan wajahnya, hanya hingga petang hari menjelang malam tiba. 

"Ratiiiiih, kamu dimana nak!" 

Terdengar seseorang memanggil namanya, dan pastilah sang ibunda tersayang, Ratih pun tersentak dari lamunan. 

Lalu dia berdiri, 

"Ratih disini Bu, ditepi sungai!" 

Sambil berjalan menuju ibunya yang kurang lebih duapuluh meter dari tempatnya. 

Sampailah dia di tempat ibunya menunggu sambil tersenyum, 

"Ayo pulang nak, sudah sore. Kita makan, lalu kamu mandi ya." 

Benar-benar nada sang ibu begitu penuh kasih. 

Mereka berjalan bergandengan menuju istana mereka. 

Sambil mengobrol, tak terasa sampailah mereka dirumah. 

Dan didalam rumah, telah tersedia hidangan yang sangat terlihat lezat, goreng ikan, sambal dan lalapan. 

Sementara nasi di sebuah bakul terlihat masih mengepulkan asap. 

Selesai mereka makan, Ratih pergi kepancuran dibelakang rumah, dia akan segera membersihkan badan. 

Dan akan menikmati indahnya waktu beristirahat. 

Waktunya tidur penuh impian. 

Saat Ratih pergi ke pancuran, sang Bunda duduk melamun, tak seperti biasanya, tiba-tiba gambaran sebuah tragedi nyata kembali dalam ingatan nya. 

Kemudian dia teriak tanpa sadar sambil menutup kedua matanya. 

"Tidaaaak, jangaaan." 

Ratih terkejut mendengar teriakan ibunya, dia lalu bergegas menggunakan kainnya, dan tanpa sadar berlari menuju ke dalam rumah. 

"Ibuuuu.. ada apaa?" 

Dia memeluk sang ibu yang benar-benar nampak panik dan ketakutan.

Sambil memeluk sang ibu, Ratih meneteskan airmata. 

Dia sangat ketakutan, tak mau sampai terjadi sesuatu terhadap ibunya, diapun kaget karena baru kali ini ibunya seperti begitu. 

"Bu.. Ibu.. sadarlah bu, ini Ratih!" 

Ratih memeluk erat sang ibu, sambil mengelus muka beliau. 

"Nak, sudah jangan menangis," 

Ibunya tersenyum dan tangan nya menyeka pipi anak gadis nya yang basah oleh airmata, 

"Ibu hanya mimpi buruk, tadi terlalu kenyang makan ibu jadi ngantuk dan tertidur, eh malah mimpi yang menyeramkan." 

Si ibu berusaha menenangkan sang buah hati karena terlihat sangat khawatir.


Next ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima-kasih atas kunjungan sobat. Silahkan berikan komentar anda (saran, pertanyaan, ataupun kritikan) untuk kemajuan blog ini dengan bahasa yang sopan.